Senin, 29 Agustus 2011

MINAL AIDIN WAL FAIDZIN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Tak terasa Ramadhan telah berlalu, apa yang kita kerjakan di bulan Ramadhan tahun ini semoga mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah swt. setelah idul fitri kita kembali menjadi manusia yang suci seperti dilahirkan kembali. Ada dua rasa menjelang idul fitri kali ini, yang pertama senang karena besok kita merayakan hari kemenangan dan yang kedua sedih karena kita sudah di ujung bulan romadhon. Romadhon bulan penh berkah, ampunan bahkan nafas dan tidur kita pun mendapat pahala. ya Allah semoga kita semua dipertemkan pada puasa tahun depan.  dalam kesempatan kali ini kami dari SDN Lidah Kulon I mengucapkan selamat idul fitri mohon maaf lahir dan batin

Senin, 22 Agustus 2011

CERITA KETELADANAN


Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan
dipengaruhinya.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?

Aisyah RA menjawab,Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.
Apakah Itu?, tanya Abubakar RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada
pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.

Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

Jumat, 19 Agustus 2011

MENAHAN MARAH

Ada seorang anak anggap saja bernama "Anang" dia setiap harinya selalu marah kepada siapa pun yang ditemuainya. sampai akhirnya dia dinasehati ibunya bahwa marah itu tidak bagus karena nanti kamu akan dijauhi teman-teman. setelah di nasehati ibu, saya berpikir kalau yang dikatanya ada benarnya. ketika saya marah kepada orang tentunya hati orang itu akan tersakiti dan orang tersebut tidak mau lagi bertemu bahkan berteman dengan kita. kita sebagai makhluk sosial tentunya tidak bakal terlepas dari bantuan orang lain. ketika kita butuh bantuan dan tidak ada teman bagaimana kita bisa tertolong. akhirnya anang memutus kan untuk menahan amarah ketika bertemu dengan orang lain. tapi itu tidak berjalan mulus, karena kebiasaan anang yang suka marah kepada orang lain maka dia secara tidak sengaja meluapkan amarahnya. anang berjanji tiap kali dia marah kepada orang lain dia akan menancapkan paku di pagar rumahnya. bisa dibayangkan berapa banyak paku yang ditancapkan dirumah anang. tapi seiring berjalanya waktu perlahan-lahan anang berhasil menahan amarahnya. setiap hari jika dia tidak marah kepada orang lain dia mengambil paku yang telah ditancapkan. akhirnya semua paku yang ditancapkan di pagar rumah anang berhasil di keluarkan. anang merasa dia telah berhasil menahan marahnya selama beberapa minggu. tapi anang merasa pagar yang ditancapkan paku terlihat jelek karena tertinggal sebuah lobang. 
oleh karena itu, daripada kita meluapkan amarah mendingan kita tahan amarah kita agar tidak meninggalkan lobang sakit pada orang yang kita marahi.... semoga puasa th ini berkah

Minggu, 14 Agustus 2011

HARI TERAKHIR PONDOK ROMADHON


Kemarin tanggal 13 Agustus dilaksanakan penutupan pondok romadhon di SDN Lidah Kulon I yang ditutup oleh kepala sekolah Drs. Madianto, M.Pd. Alhamdulillah dalam pelaksanaan pondok romadon tersebut semuanya berjalan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. dalam upacara penutupan kemarin juga sebagai upacara pelepasan siswa yang akan mewakili sekolah dalam pondok romadhon tingkat kecamatan yang diselenggarakan di SDN Lidah Kulon 4 dan 5. sekolah kita mengirimkan 8 siswa terbaiknya dalam pondok romadhon kecamatan tersebut. anak-anak yang berhasil mendapat prestasi di tingkat kecamatan akan mewakili kecamatan pada pondok romadhon tingkat kota. semoga siswa kita mendapat prestasi yang terbaik 

Rabu, 10 Agustus 2011

HARI PERTAMA PONDOK ROMADHON








foto Pondok Romadhon tgl 08-09 Agustus 2011 SDN Lidah Kulon I peserta kelas I & II

Sabtu, 06 Agustus 2011

9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan

1. Shiyam/Puasa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)
2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)
3. Shadaqah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, “Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan.” (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
4. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an
5. Duduk di masjid sampai matahari terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
6. I’tikaf
Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya, beliau beri’tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim). I’tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah melaksanakannya, i’tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I’tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang beri’tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat ridha-Nya.
7. Umrah pada bulan Ramadhan
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
8. Menghidupkan Lailatul Qadar
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar: 1-3)
9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”
- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18)
Oleh Badrul Tamam

Kamis, 04 Agustus 2011

HARI PERTMA MASUK SEKOLAH

alhamdulillah kita masih diberikan kesehatan sampai saat ini sehingga masih bisa melaksanakan puasa di bulan ramadhan tahun ini. dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan tentang hari pertama masuk sekolah setelah kemarin kita melaksanakan libur permulaan puasa. puasa ini jangan dijadikan alasan untuk kita bermalas-malasan
mari jadikan segala sesuatu di bulan ramadhan ini sebagai hari baik dengan melakukan kegiatan yang baik.

di hari pertama masuk sekolah ini terlihat anak2 masih agak malas karena mungkin masih belom beradaptasi dengan kegiatan sekola. pelajaran yang seharusnya dilakukan full pun dikurrangi agar ramadhan kita lebih berkah. olahraga yang biasanya dilakukan di luar sekolah "praktek" sekarang harus dilaksanakan di dalam sekolah "teori"

Senin, 01 Agustus 2011

Cuma Seribu Rupiah, Tapi Membawa Berkah!

“Ambillah hikmah dari mana pun!” Seruan ini berlaku pula untuk barang-barang “kurang berharga” yang “nilainya cuma seribu rupiah”. Nilai hikmahnya bisa jutaan, trilyunan, … bahkan tak terhingga. Kisah di bawah ini contohnya.
Mari kita kembali ke pameran buku. Begitu masuk, aku amati para penjaga stand buku. Kebanyakan mereka kelihatannya kurang bergairah gitu. Apakah karena buku jualannya kurang laku? Ataukah karena honornya kekecilan? Ataukah karena lelah bin letih lantaran sudah malam? Ingin rasanya aku bertanya, tapi nggak tega. Aku takut mendapat jawaban negatif. (Dasar penakut, ya.)
Berhubung aku merasa kasihan, okelah aku beli beberapa buku. (Hehe, sok dermawan. Padahal yang kubeli yang murah-murah saja.) Tapi kuputuskan, tiap stand cukup satu saja buku yang kubeli, supaya ada pemerataan. (Sok sosialis ni ye.)
Tak lama kemudian, saat aku hendak menyudahi jalan2ku di pameran buku ini, tiba-tiba mataku tertumbuk ke sebuah stand di pojok. Mataku terpaku pada tulisan “Rp 1000″. Hah?! Seribu rupiah? Aku terperanjat. Mosok, harga sebuah buku lebih murah daripada segelas es teh? Lebih murah daripada ongkos parkir sepeda motor? Lebih murah ketimbang sepasang sandal jepit? Huuhh.. Kok tega banget, sih, penjualnya? Nggak tahu, apa, susahnya bikin buku? Enak aja pasang harga serendah-rendahnya. Penjualnya mesti kulabrak, pikirku.
Mataku segera kupalingkan ke meja penjaga stand ini. Tapi hatiku segera luruh. Dibandingkan penjaga lain, dialah yang paling tampak loyo. Jadilah aku lagi-lagi takut bertanya. Lalu karena kasihan (hehe..), kuputuskan untuk membeli buku seribuan itu. Walau penampilan buku-buku yang diobral murah ini agak lusuh dan teronggok begitu saja, ini bukan masalah. Tapi khusus di stand ini, aku putuskan untuk membeli lebih dari satu buku. Lagi-lagi alasanku adalah karena “nggak tega”. (Padahal, mumpung murah banget. Kapan lagi ada kesempatan sebagus ini?)
Ketika memilih buku-buku seribuan yang hendak kubeli ini, aku makin terperanjat lagi. Aku temukan buku-buku karya Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Karel A. Steenbrink, Muhammad Quthb, Francine Pascal… Mengapa buku-buku bermutu seperti itu nggak laku sampai diobral serendah-rendahnya? Selain diriku, kelihatannya tidak ada orang lain yang mendekat ke kotak obral berisi buku seribuan ini. Jangan-jangan, para pembeli memilih buku cuman berdasarkan kovernya, bukan isinya. Padahal, niatnya itu mau “beli ilmu” ataukah beli kertas?
Saat aku sudah memilih enam judul, dua diantaranya adalah buku anak-anak, anak bungsu kami mendekatiku. Dia merengek minta pulang. “Capek,” katanya. Ya sudah.
Aku menuju meja penjaga. Aku bayar enam ribu rupiah. Itu saja. Tapi tak kusangka, wajah penjaganya langsung tampak cerah. Ia menganggukkan kepala sambil tersenyum kepadaku. Wow! Rupanya, dia lebih pandai bersyukur jika dibandingkan dengan penjaga-penjaga stand terdahulu (apalagi bila dibandingkan dengan diriku). Walau di stand-stand sebelumnya kubayarkan 20-an ribu, 50-an ribu, 70-an ribu rupiah, tidak ada yang wajahnya berubah menjadi seceria dia ini. Ternyata yang seribuan rupiah itu lebih membawa berkah!
Saat beranjak pergi dari tempat pameran, kuserahkan dua buku anak-anak seharga seribuan itu kepada anak kami. Sebelumnya, dia sudah kami belikan dua buku seri KKPK terbitan DAR! Mizan pilihannya sendiri. Harganya masing-masing 20-an ribu rupiah. (Tadinya dia mau milih VCD cerita yang berisi pelajaran bahasa Inggris-Arab. Tapi dia membatalkannya sendiri karena harganya kemahalan. Lagipula, di perpustakaan sekolahnya sudah ada, katanya.)
Lalu diam-diam, aku hendak memperhatikan, buku manakah yang akan dia baca lebih dulu. Seperti anak-anak lain pada umumnya, dia biasanya lebih suka mendahulukan yang lebih dia sukai. Apakah dia akan membaca yang “mahalan” ataukah yang “murahan” lebih dulu?
Dalam perjalanan pulang, buku pertama yang dia baca adalah yang seribuan rupiah! Saat setiba di rumah, setelah menyelesaikan buku pertama, buku kedua yang dia baca ternyata yang seribuan juga! Alhamdulillaah, ucapku dalam hati. Anak kami ini telah tahu caranya memilih mana yang lebih baik. Dia lebih mengutamakan isi buku daripada penampilan kovernya. Benar-benar seribuan rupiah yang membawa berkah, bukan?